Hindari
kantong plasti berwarna hitam. Terutama untuk membungkus makanan! Peringatan
ini sudah dikeluarkan beberapa waktu yang lalu oleh Badan Pengawasan Obat dan
Makanan. Dikemukakan bahwa kantong plasik berwarna hitam perlu diwaspadai
karena merupakan produk daur ulang yang riwayat penggunaan sebelumnya tidak
diketahui. Kita tidak tahu, apakah sebelum dijadikan kantong plastik atau yang
sering disebut kantong keresek yang berwarna hitam itu, bekas wadah peptisida
(rancun serangga), pembungkus limbah rumah sakit, pembungkus kotoran
hewan/manusia, pembungkus llimbah logam berat beracun atau bekas kantong mayat
dan lain sebagainya.
Proses daur ulangnya pun menggunakan
bahan kimia yang membahayakan kesehatan. BPOM telah melakukan pemantauan
langsung dalam proses daur ulang kantong plastik berwarna terutama warna hitam
yang tidak terjamin kebersihannya.
Sebaiknya masyarakat menggunakan
kantong plastik yang tidak berwarna atau bening. Janganlah mewadahi makanan
siap santap dengan kantong plastik daur ulang tersebut. Andaikan mau mewadahi
makanan dengan kantong plastik tersebut sebaiknya dilapisi dahulu dengan bahan
yang aman untuk kesehatan seperti daun atau kertas putih polos. Jadi langsung
tolak jika pedagang membungkus makanan yang anda beli dengan plastik hitam.
Kenali jenis plastik
Tak semua plastik aman untuk
makanan. Ada wadah atau kemasan plastik yang dirancang memang bukan untuk
makanan. Sebagaian dari jenis wadah plastik yang beredar di pasaran mengandung
komponen kimia berbahaya bagi kesehatan, misalnya mengandung zat aditif yakni
zat kimia tambahan untuk melenturkan, untuk antilengket atau anti ultraviolet.
Saat terjadi kontak langsung antara
plastik dengan makanan yang dikemas, khususnya makanan berkuah atau setengah
basah, atau berminyak, atau bersifat asam dapat terjadi perpindahan bahan-bahan
kimia dari plastik ke dalam makanan. Makanan yang terkontaminasi zat kimia itu
setelah dikonsumsi amat berbahaya bagi tubuh. Efek yang dirasakan tubuh memang
tidak langsung saat itu juga. Namun bila terus-menerus terjadi, zat berbahaya
akan berakumulasi (terhimpun) sehingga memicu terjadinya kanker atau kerusakan
ginjal.
Proses migrasi (perpindahan)
komponen plastik berbahaya ini akan makin cepat terjadi pada makanan panas.
Makin panas bahan yang disimpan dalam wadah atau kemasan plastik, makin cepat
pula proses masuknya zat kimia berbahaya dari plastik ke dalam makanan.
Lantas, apakah ibu dirumah harus
membuang semua koleksi wadah plastiknya didapur? Tidak juga, yang terpenting
adalah memastikan bahwa semua wadah plastik tersebut tergolong food grade,
artiinya aman untuk pangan. Cirinya ada simbol gelas dan garpu dibawah wadah
atau simbol segitiga melingkar dengan nomor ditengahnya. Penomoran ini berguna
jika plastik didaur ulang.
Melamin
Bahan yang merupakan turunan plastik
diantaranya melamin, styrofoam, pvc . wadah melamin pada dasarnya adalah
plastik yang dilapisi bahan khusus (melamin) sehingga tampilannya lebih
mengilat dan kontras. Hanya saja masyarakat perlu waspada karena dipasaran
banyak beredar berwadah bermelamin tetapi ternyata melamin jadi-jadian alias
melamin palsu. Hasil uji coba laboratorium BPOM juni 2009menyatakan bahwa
diantara 62 produk berbahan melamin yang beredar dipasaran, 30 diantaranya
palsu dan membahayakan kesehatan. Selain mengandung formalin (pengawet mayat)
melamin palsu bisa melepaskan zat berbahaya pada makanan didalamnya. Melamin
yang baik cirinya keras,tebal, dan melamin palsu bercirikan : lebih ringan,
harganya murah, dan ada bau khas, cepat berubah warna juga berpori kalau dicuci
bau sabunnya sulit hilang.
Styrofoam
Styrofoam atau plastik busa berbahan
dasar plastik jenis styrene yang menghasilkan melalui proses pembusaan.
Styrofoam yang ringan dan dapat mempertahankan suhu makanan serta bentuk yang
elegan merupakan keunggulan tersendiri. Awalnya diciptakan untuk bahan
pelindung pada kemasan barang elektronik agar terhindar dari kerusakan akibat
benturan. Tapi sekarang dari mulai pedagang kaki lima sampai hotel bintang lima
memanfaatkannya untuk mengemas makanan. Tidak seperti plastik dan melamin,
styrofoam tak ada yang masuk kategori food grade. Jika terpaksa menggunakan
styrofoam, pastikan tidak ada kontak langsung antara styrofoam dengan makanan,
apalagi yang berkuah, panas, atau asam. Styrofoam yang dilapisi kertas coklat
jangan untuk makanan panas karena kertas tersebut juga terlapisi kertas plastik.
Di negara maju seperti USA, Jepang, penggunaan styrofoam untuk pangan sudah
dilarang sebab bila telebihi ambang batas mengakibatkan gangguan saraf, gugup,
sulit tidur, anemia dan menurunnya kesuburan. Di Indonesia pengemasan ini malah
ngetren seolah-olah lebih modern memakai styrofoam daripada memakai daun pisang
yang jelas-jelas lebih sehat! Orang yang berpikir modern justru memilih kembali
ke alam dan meninggalkan gaya hidup Artifisial.